KOTA
BIMA TEPIAN AIR
kota
bima atau sering di sebut dengan dana mbojo di julukin juga sebagai kota bima
tepian air? karena kota bima letak lokasinya dekat dengan pantai atau bisa di
sebut kota pesisir pantai sehingga orang bima yang ingin ke pantai tidak susah
payah untuk mencarai pantai karena di dekat mreka sudah ada pantai yang sangat
di sebut dengan pantai amahami
Pengunjung
di Pantai Amahami Bima NTB
Pantai
Amahami adalah tempat wisata yang selain menarik karena tidak jauh dari pusa
Pulau
Sumbawa yang terkenal dengan pantai pantai cantiknya.
selain bisa dijangkau dengan apa saja jalan kakipun bisa
karena jaraknya tak seberapa jauh, masyarakatnya yang ramah, tingkat
keramaiannya yang sangat stabil, ombaknya, anginnya, yang serba mendukung
segala aktifitas para pengunjung.
Keberadaan
Kota Bima tidak terlepas dari keberadaan Kebupaten Bima karena keduanya
memiliki sejarah yang sama. Ada berbagai jenis wisata seperti wisata alam dan
budaya yang dapat anda temui ketika berkunjung ke Kota Bima dana kabupaten bima.
RIMPU (MBOJO)
Rimpu adalah nama pakaian asal suku mbojo, pulau Sumbawa,Nusa Tenggara Barat.
Rimpu adalah memakai sarung dengan melingkarkannya pada kepala dimana yang terlihathanya wajah pemakainya dengan menggunakan sarung. kebudayaan rimpu yang
merupakansalah satu hasil kebudayaan masyarakat Dompu-Bima. Umumnya, kaum perempuan
memakai rimpu untuk menutup auratnya sebagaimana ajaran Islam mengajarkan bahwa
setiap kaum perempuan yang sudah aqil balik harus menutup auratnya di hadapan
orang yang bukan muhrimnya.
Ada dua jenis busana rimpu yang di gunakan oleh perempuan Dompu-Mbojo, Bagi
perempuan yang belum menikah memakai busana rimpu hanya keliatan bagian mata
dan telapak tangannya saja, sedangkan bagi perempuan yang sudah menikah atau
berkeluarga memakai busana rimpu boleh keliatan bagian wajah.
Adanya perbedaan penggunaan rimpu antara yang masih gadis dengan yang telah
bersuami, sebenarnya secara tidak langsung menjelaskan pada masyarakat terutama
kaum pria tentang status wanita, apakah wanita tersebut sudah berkeluarga atau
masih gadis, itulah yang unik dari budaya rimpu suku mbojo tersebut.
Keunikan dari budaya berbusana suku mbojo tersebut harus tetap di
lestarikan, agar tidak punah sehingga generasi selanjutnya tau bahwa makna dari
berbusana rimpu itu apa.
Busana rimpu yang menjadi salah satu budaya berbusana suku mbojo sekarang
hampir punah, hal itu di sebabkan karena masyarakat Dompu-Bima, sudah jarang
menggunakan rimpu untuk menutup aurat, hal itu disebabkan sudah banyak busana
menutup aurat yang lebih bermoderen yang bermunculan.
Ibu-ibu yang sudah menikah/berkeluarga yang dulunya selalu menggunakan
rimpu untuk berbusana menutup aurat sekarang sudah banyak yang beralih
menggunakan jilbab. Begitupun perempuan yang belum menikah seakarang tidak lagi
menggunakan rimpu, mereka memakai rimpu pada saat ada acara atau ivent tertentu
saja yang diadakan. Karena apabila memakai rimpu, para perempuan yang masih
gadis itu merasa malu sehingga mereka lebih menggunakan jilbab untuk menutup
auratnya ketimbang menggunakan rimpu yang menjadi budaya berbusana suku mbojo.
Rimpu merupakan sebuah budaya dalam busana pada masyarakat Dompu-Bima (Dou
Dompu
Mbojo). Budaya "rimpu" telah hidup dan berkembang sejak masyarakat Dompu-Bimaada. Rimpu
merupakan cara berbusana yang mengandung nilai-nilai khas yang sejalandengan kondisi
daerah yang bernuansa Islam.Rimpu adalah cara berbusana masyarakatDompu-Bima yang menggunakan sarung khas
Bima. Rimpu merupakan rangkaian pakaianyang menggunakan dua lembar (dua ndo`o)
sarung. Rimpu ini adalah pakaian yang diperuntukkan bagi kaum perempuan,
sedangkan kaum lelakinya tidak memakai rimpu
tetapi”katente” (menggulungkan sarung di pinggang).Rimpu
merupakan busana yang terbuat dari dua lembar sarung yang bertujuan untuk
menutup seluruh bagian tubuh. Satu lembar untuk mernutup kepala, satu lembar
lagi sebagai pengganti rok.
Untuk melestarikan budaya rimpu tersebut, pemerintah kab. Dompu, Kab. Bima
dan Kota Bima sengaja mengadakan acara atau ivent untuk melestarikan budaya
rimpu tersebut agar bisa tetap lestari dan di ketahui oleh semua orang.
Tapi kembali lagi ke budaya masayarakat Dompu-Bima yang sekarang sudah
sedikit melupukan budaya rimpu tersebut, mereka lebih banyak menggunakan jilbab
dengan alasan lebih praktis, selain itu juga para perempuan yang masih gadis
masih banyak yang belum mengetahui cara memakai busana rimpu yang sesungguhnya,
masih ada yang belum bisa memakai rimpu dengan alasan karena terlalu ribet dan
butuh waktu yang lama oleh karena itu mereka lebih baik menggunakan jilbab
sebagai alternatif untuk menutup aurat.
Tidak berhenti disitu saja pemerintah kab. Dompu,Kab. Bima dan Kota Bima
tidak berhenti di situ saja,pemerintah terus mengadakan lomba-lomba untuk tetap
melestarikan budaya tersebut, karena jaman sekarang sudah jarang sekali
terlihat perempuan suku mbojo yang mengenakan rimpu, mudah-mudahan melalui
acara-acara melestarikan budaya tersebut kita dapat mempertahankan
budaya-budaya local yang ki8ni hampir punah dan bisa memperkenalkan budaya
rimpu kepada generasi-generasi sekarang sehingga mereka tidak merasa asing
dengan budayanya sendiri.
Kita ketahui bersama bahwa budaya rimpu tersebut sudah jarang di gunakan
oleh kaum perempuan, sehingga generasi muda selanjutnya kurang paham dengan
pakaian berbusana rimpu ttersebut, banyak anak-anak yang memakai busana rimpu
tapi itu mereka gunakan hanya untuk bermain ninja-ninja karena emang cara
berbusana rimpu tersebut mirip seperti ninja, mereka tidak tau apa manfaat atau
kegunaan menggunakan rimpu tersebut adalah untuk menutup aurat.
Budaya berbusana rimpu sudah mulai di perkenalkan di acara-acara atau
ivent-ivent besar seperti pada saata acara memperingati kesultanan Bima dan
akan di perkenalkan juga pada saat acara Tambora Menyapa Dunia. Busana rimpu
akan lebih dikenal sama semua orang bukan cumin suku mbojo saja yang tau bahkan
orang dari daerah lain juga akan mengetahui keunikan berbusana dari suku mbojo
tersebut.
Budaya berbusana rimpu harus tetap dilestarikan sampai kapanpun karena itu
adalah warisan budaya ssuku mbojo yang harus tetap dipertahankan samapai kapan
pun, generasi muda harus paham akan budaya nya sendiri dan harus ikut tetap
melestaraikan budaya berbusana rimpu tersebut hingga pada akhirnya mereka akan
menggunakan rimpu tersebut bukan pada saat acara-acara atau ivennt-ivent
tertentu saja melainkan digunakan setiap hari agar mencerminkan identitas dari
suku mbojo tersebut.
Oleh karena itu, generasi muda dari suku mbojo harus tetap melestarikan
budaya rimpu agar tidak hilang, karena sudah banyak bentuk berbusana modern
yang bermunculan, generasi dari suku mbojo harus tetap menggunakan rimpu
tersebut agar identitas diri masyarakat suku mbojo tercermin dari cara
berbusana nya tersebut, generasi muda harus menggunakan rimpu tersebut setiap
hari bukan saja mereka gunakan pada saat acara-acara atau ivent-ivent besar
saja sehingga mereka terbiasa berpakain busana rimpu tersebut, sehingga budaya
rimpu setidaknya dapat dikenal oleh semua orang bukan cumin dari suku mbojo
saja yang mengenal adanya berbusana seperti memakai ninja tersebut, kita
sebagai generasi mud suku mbojo harus merasa bangga memili cara berbusa yang
berbeda dengan dareah lain sehingga budaya berbusana rimpu harus tetap di
pertahankan samapai kapanpun.
MAKANAN KHAS BIMA
1.
Uta Palumara Londe (Bandeng Kuah Santan).
Seperti
namanya, lauk ini terdiri dari ikan bandeng yang diguyur santan yang di
dalamnya terdapat bumbu bawang putih, bawang merah, cabe merah, kunyit, dan
tomat. Rasa dari makanan ini manis, asam, pedas dan ada aroma kemanginya
sehingga terasa wangi ketika dimakan.
2.
Uta sepi tumis.
Makanan ini
paling disukai penduduk Bima. Bahan dasarnya adalah udang-udang kecil yang
ditumis dengan asam muda, cabe, tomat, dan kemangi. Anda wajib mencicipinya
saat berkunjung ke Bima.
3.
Kahangga.
Merupakan
kue tradisional Bima. Bahan dasarnya terbuat dari tepung beras dan gula. Anda
akan mudah mendapatkannya di Bima. Rasanya gurih dan manis, dan bisa menutupi
rasa lapar Anda.
Biasanya
dihidangkan saat sedang ada hajatan di sana, namun karena sekarang cukup
populer, Anda bisa menemukannya di pasar tradisional yang ada di sana. Harganya
pun cukup murah, hanya dijual seribu rupiah per buah.
4.
Uta Maju Puru (Daging rusa bakar).
Daging rusa
merupakan makanan favorit masyarakat Bima juga. Biasanya daging itu diawetkan
dengan cara didendeng. Daging rusa ini dibakar dan ditambahi bumbu pelengkap
sehingga rasanya sangat lezat dan gurih.
5.
Tota Fo’o.
Merupakan
sambal khas Bima yang bahan dasarnya terdiri dari cabai dan mangga. Rasa asam
dari mangga, dan pedas dari cabai membuatnya sangat segar dan bikin ketagihan.
Sambalnya pun cukup pedas. Maka dari itu saat makan di Bima, Anda tidak boleh
melewatkan sambal ini.
6.
Bingka Dolu.
Merupakan
kue khas Bima yang sangat disukai juga oleh masyarakat sekitar. Teksturnya
lembut dan mudah dikunyah. Warna hijaunya berasal dari daun suji. Anda mudah
mendapatkan kue ini di pasar tradisional yang ada di Bima.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar